Aku dan Teman Baik
Apa
yang terjadi jika di dunia kita tidak ada teman atau sahabat ? Hampa atau galau
atau strees itu pasti. Sahabat setiap orang mencari seorang sahabat yang bisa
ada di sampingnya saat suka dan duka. Tapi aku, aku bingung apa aku butuh “sahabat
atau tidak”. Mungkin aku trauma dengan kata-kata sahabat.
sahabat adalah mereka yang selalu ada kapanpun kita saling membutuhkan, dalam suka maupun duka. Tapi bagi aku, aku lebih baik memilih orang-orang ada saat aku senang, karena yakinlah tidak semua orang bisa menerima kita saat kita sedih. Dan sebenarnya kesedihan yang kita dapat mesti kita hadapi sendiri, karena itu sedikit cobaan hidup. Begitulah...
sahabat adalah mereka yang selalu ada kapanpun kita saling membutuhkan, dalam suka maupun duka. Tapi bagi aku, aku lebih baik memilih orang-orang ada saat aku senang, karena yakinlah tidak semua orang bisa menerima kita saat kita sedih. Dan sebenarnya kesedihan yang kita dapat mesti kita hadapi sendiri, karena itu sedikit cobaan hidup. Begitulah...
Dulu jaman SMA, aku punya seorang teman. Baik, sependapat, tidak banyak tingkah masuk deeh ke kreteria teman-temanku. Tapi, mungkin ini emang kesalahan aku. Saat itu aku di ajak untuk main band untuk sebuah acara perpisahan sekolah angkatanku. Kami semua baru mulai untuk belajar di music, disini salah satu dari kami berkata “kalau bisa kita jangan bilang ke teman-teman kalau kita main band dan berencana ikut tampil di acara perpisahan nanti”. Disini aku hanya mengikuti perintah sebagai orang yang ditarik untuk ikut main di band tersebut, dan disini aku berarti harus mengikuti perintah yang ada di band itu.
Suatu
hari, saat ada audisi band ini . aku pikir ini lah waktunya untuk memberi tahu,
dan minta doa dari teman-teman biar bisa ikut mendoakan kami agar kami lolos
audisi. Aku mengirim sms ke semua teman yang dekat. Dan tak lupa aku minta doa
ke temanku yang baik itu.
Keesokan
harinya, tiba-tiba sikapnya kepada ku dingin. Seakan aku baru saja mengambil
kebahagiaan atau pacarnya. Aku bingung. Beberapa hari aku coba untuk mengajak
dia ngomong. Alhasil, yang aku dapat ternyata dia sakit hati karena aku yang
sudah dianggapnya sahabat tidak member tahu hal yang kecil ini. Aku bingung mau
bersikap seperti apa. Apa aku harus diam atau apalah? Tapi teman baikku itu
keburu marah dan terpengaruh orang lain. aku benar-benar hanya bisa diam,
percuma usaha kalau pikirannya sudah “tercuni”.
Tapi
aku masih tidak terima, di acara perpisahan kelas. Aku paksa anak yang berkata
untuk tidak menyebarkan tadi untuk menjelaskan kepadanya.
Alhasil
lagi, alasanya yang didapat lebih mengejutkan. Dia (sambil mengerah ke aku),
yang sudah aku anggap sahabat hal sepele kayak gini aja tidak mau cerita sama
aku, dia anggap aku apa? Aku udah anggap dia sahabat. Dan kenapa dia (menunjuk
temanku yang baru saja aku kenal dikelas 3) langsung diajak untuk bermain.
Entah
disini aku yang bego, tidak peka akan teman atau apalah yang berbau cuek.
Disaat itu aku hanya diam, karena aku tidak merasa bersalah dan sudah
menganggap yaa sudahlah itu sekarang keputusan kamu. Tooh masih banyak orang
diluar sana yang bisa jadi teman. Lagian, aku juga udah jelasin apa yang
terjadi, tapi dianya saja yang tidak terima. Berpikir pendek aku dan temanku
itu.
Beberapa
bulan setelah kejadian, aku baru merasa aku kehilangan teman baikku. Teman yang
tidak pernah bilang aku sahabatnya, teman yang hanya ingin aku disampingnya dan
terbuka padanya. Teman yang peduli , teman yang ada kapan saja. Kenapa aku
berpikir seperti itu, mereka yang berkata “KITA SAHABAT” setelah berpisah
karena jarak tidak pernah Tanya kabarku, tidak pernah kangen padaku. Seberapa
sibuk kalian? Sampai SMS ku saja tidak terbaca. Sedangkan dia, cerita yang aku
dengar dari temanku yang juga teman dia kalau teman baikku itu pernah bilang
“Dia kangen main sama aku, pengen rasanya ketawa bareng aku lagi”. Seketika aku
tersadar akan temanku yang peduli itu, aku nyesal telah menyia-nyiakan temanku
itu.
Setiap
aku ingat hal itu, aku berpikir bagaimana caranya agar aku bisa kembali menjadi
temannya. Untung aku punya teman yang baik juga Fitri namanya, dan dia bersedia
membantuku. Alhamdulillah, kami pun berteman kembali tapi tidak seakrab dulu.
Mungkin dia trauma untuk kenal, dan dekat dengan aku lagi. Tapi yaa sudahlah.
Aku cuman bisa ngucapain sama Fitri yang sudah bantu aku berdamai dengan
temanku itu, dan makasih buat teman baikku yang sudah mau dengar dan terima aku
lagi.
Itu
yang menyebabkan aku takut untuk mempunyai seorang sahabat. Bagiku semua orang
harus disama ratakan. Tak ada yang istimewa, tak ada yang disingkirkan. Aku
yakin, tanpa sahabat kita bisa bahagia. Orang yang baik akan membantu tanpa
memandang dia sahabat atau bukan. Karena Tittel sahabat itu sangat berat untuk
dipegang. Bukan aku tidak mampu, tapi aku takut kehilangan seorang yang baik
yang bisa membuat aku mungkin ketergantungan. Jangan takut untuk memilihku
menjadi sahabat tapi jangan katakan padaku kalau aku sahabatmu.
Aku dan Teman Baru
Mungkin
ada beberapa diantara kita, menganggap Jakarta itu keren, gaul, trendy, dan
apalah itu namanya. Dan mungkin kita yang dari daerah bakalan minder atau
berusaha sok asik bergaul dengan mereka anak-anak Jakarta, berusaha menjadi
bukan diri orang lain atau mengubah kebiasaan kita dulu. Tapi , disini aku
berusaha untuk tidak seperti itu. Aku yaa Aku. Bukan mereka, bukan juga kalian.
Aku mungkin bisa menarik kalian ke dunia-ku, bukan aku yang masuk ke dunia
kalian.
Seperti
itu laah aku alami menjadi orang baru di sekitar anak-anak Jakarta. Masih lugu,
kaku, sopan, dan lain lain. Aku salah satu mahasiswa perantau dari empat
temanku lain yang kebetulan dari Sumatra juga. Sebulan , dua bulan mungkin aku
masih diam dikelas. Itu laah yang aku lakukan setiap kali aku berada diantara
orang yang baru aku kenal. Diam kayak orang yang sakit gigi atau frustasi atau
sombong. Tapi semua salah, aku diam karena aku takut bahan pembicaraanku tidak
nyambung sama anak-anak Jakarta.
Diluar
dugaan. Teman-temanku di tinggkat satu, semua asyik. Mereka tidak terlalu
mengutamakan gaul, modis, harta saat kuliah. Aku senang dapat teman seperti
mereka. Mereka gaul, cuman tidak di kampus. Tau tempatnya untuk main. Mereka
modis, cuman beberapa yang bener-benar ikutin trend. Bagus deeh. Tapi mereka
rajin belajar, mau membantu itu yang aku harapkan.
Disemester
dua, kami dapat Dosen yang dikenal tegas, banyak tugas dan membuat program. Itu
seharusnya sudah memang jadi makanan kami sehari-hari dan kami tidak bole
protes. Tapi mungkin dosennya terlalu tegas sehingga membuat kami merasa menjadi
beban. Dosennya bisa dibilang “Inilah Sesungguhnya Dosen” mendidik sampai
bisa.tapi ga tiap minggu juga kali.
Tapi
sayang, satu semester lewat dikelas ini mulai ada pengelompokan. Ada yang
mungkin hobi, sifat dan lain lain. Dan pasti aku tidak mau masuk disalah satu
kelompok. Cara untuk ikut berkelompok itu, hanya mebatasi pertemanan dengan
kata lain kita tidak bebas. Kadang siih aku merasa sendiri saat break kampus.
karena Tidak mungkinkan aku masuk di tengah-tengah kelompok yang punya cerita
sendiri dan mungkin orang lain jangan sampai mendengar. Kalau misalkan kita
tiba-tiba masuk bisa jadi mereka tiba-tiba diam dan merasa kita pengganggu.
Dunia aku benar-benar sendiri. Berasa sepi. Tapi aku yakin aku bisa , dan
kalian semua tidak akan menjadi kelompok saat bermain bersamaku. Semua akan
menyatu. Hanya itu yang selalu aku usahakan, take and give sama semua teman
tanpa memihak dengan satu kelompokpun. Apalaah kata orang, aku tidak peduli.
Aku hidup untuk bersama semua orang, bukan untuk berkelompok dengan pembatasan.
Naik
tingkat dan ganti teman lagi. Dan lagi lagi aku hanya bisa diam diantara
teman-teman baru, ketakutan untuk membuka suatu pembicaraan tidak bisa di
hilangkan dari pkiranku. Bodoh memang. Apa susahnya siih sok asyik, basa basi.
Tapiii itu MEMANG SUSAH……h (bagiku).
Dan
yang ini yang paling parah. Tingkat satu sebulan dua bulan doang diamnya tapi
tingkat dua satu semester aku diam, yaa walau tidak terlalu pendiam. Tapi ini
benar-benar parah. Teman cuman 2 atau 3 orang. Itu juga kalau ada perlu doang.
Aah pusing deeh kalau ingat-ingat ini lagi.
Semester
4, mulai ada teman karena mulai berani mulai untuk berbicara duluan. Aku belum
bisa nilai mereka, karena baru dan belum tentu yang udah terlihat itu sifatnya.
Yang jelas mereka pintar, mau saling berbagi ilmu, dan heboh yang jelas.
Seperti itulah teman-temanku di kelas baru. Untuk yang anak-anak cowok, belum
terlalu kompak dengan kelas. Seperti masih ada pembatasa atau malu mungkin,
tapi tak tahu lah. Menurut aku kalau kelas bisa lebih kompak, itu kelas bisa
jadi kelas paling seru.
Ingin kerja , namun tidak lalai
Bukannya
sok jagoan, atau apalah. Tapi semenjak kuliah, kesenanganku menulis mulai aku
biasakan. Diwaktu senggang aku mencoba menulis cerita yang terlintas dipikiran.
Mau ada yang kritik tulisanku biar aku jadi penulis yang lebih baik. Pengen rasanya, yang aku tulis di jadikan
film atau dibaca banyak orang atau jadi bestseller di toko buku seperti raditya
dika atau poconggg. Seperti suatu kepuasan diri tulisan dibaca banyak orang , dan
orang sangat menikmatinya. Yaaa sama seperti musik.
Jadi
penulis yang bisa dijual tulisannya, yang bisa menghasilkan uang jajan sendiri
tanpa uang orang tua. Itu lebih membanggakan lagi bagiku.
Gimana
yaa caranya untuk jadi seperti itu? Pengen banget.
Terus
yang aku mau lakuin lagi , jadi broadcaster atau penyiar radio. Aku kira jadi
penyiar itu gampang. Hanya angkat telepon pendengar, putar musik, dan tutup
acara. Tapi lebih dari itu, disini penyiar dituntut bisa mentrasfer energi ke
pendengar dari emosi, bahagia, sedih, peduli, dan motivasi. Dan lebihnya kita
harus bisa berimajinasin dengan kata-kata yang akan keluar sampai ke telinga
pendengar. Kreatif juga looh, gimana penyiar bisa membuat suatu hal yang kecil
menjadi besar dan penasaran. Dan satu lagi niih, suara penyiar itu harus bagus,
enak didengar ga ngebudekin. Tambah HOPELESS deeh.
Pernah
aku Tanya sama teman aku yang sudah jadi penyiar, tidak tahu dia sombong atau
apalah. Waktu aku Tanya gimana caranya ngelamar dan jadi penyiar di radio tempat
dia kerja. Dengan singkat “susah jadi penyiar”.
Tuhan,
ingin rasanya aku bisa jadi penyiar atau penulis. Beneran pengen banget.
Tolong, buka-kan pintu jalan itu untuk aku. Aku pengen punya banyak pengalaman
yang berguna saat aku menjadi mahasiswa. Yang bisa aku cerita sama keluarga dan
teman. Namun tidak lalai dengan tugas menjadi mahasiswa yang harus SUKSES.
Pengeeeeen bangeet Tuhan.
Sukses itu Tujuan, dan keyakinan
adalah kekuatannya..
Semua
orang mau sukses, hidup mapan dengan kepribadian seperti rumah, mobil, tanah
dsb. Tujuan kita menuntut ilmu itu agar sukses. Tidak tahu benar atau salah
,bagiku “ilmu itu sangat berharga dan sukses itu adalah harga dari ilmu yang
kita cari”. Jadi sukses dan ilmu itu sebenarnya tidak bisa dibayar namun mahal
atau susah untuk mendapatkannya.
Didalam
pilihan kita untuk menjadi sukses itu pasti ada keyakinan, walau terkadang
keyakinan itu berlebihan adanya. Contohnya ada seorang anak malas yang tahu-nya
hanya bermain, hang-out tapi punya yakin jadi direktur. Ini bisa jadi dia jadi
direktur dengan keyakinan dan kemauan serta kekuatan yang ada didalamnya. Keyakinan
untuk dia mengubah tujuan hidupnya dan kekuatan untuk sebuah keyakinan bahwa
dia mampu meraih kesuksesannya itu ada. Bukan begitu?
Contoh Panutan
Ketika
melihat siaran di televisi saat menyiarkan ada seseorang yang sukses namun dia
mempunyai ketebatasan, seketika itu rasanya malu dengan diri sendiri. Yang
merasa selalu kurang dan selalu ingin semuanya tapi tidak ada yang bisa
dibanggakan. Yang hanya minta ke orang tua tanpa memikirkan susahnya orang tua
mencari uang .
Disaat
ada anak kecil yang ingin sekolah dan bermain bersama teman-teman disekolah
tapi dia hanya bisa keluar masuk hutan, jalan berkilo-kilo hanya untuk sesuap
nasi. Yang masih berjuang untuk makan di hari esok, tanpa memikirkan berapa
banyak koyak-kan yang ada dibajunya yang lusuh. Betapa panasnya matahari yang
mengiringinya atau berapa dinginnya hujan yang jatuh saat dia bekerja. Aku
tersadar akan tidak bergunanya diriku sampai saat ini, yang selalu menyusahkan
dan selalu merasa kekurangan.
Terkadang
aku berpikir bagaimana untuk menjadi seseorang yang apa adanya, jangan pikirkan
kesenangan semata. Seperti kata abangku hidup itu harus “menderita” bukan
berarti aku harus makan senin kamis, atau tidak boleh jajan gorengan. Tapi jangan pikirkan ganti hpe lah, beli baju lah,
makan enak lah, hura-hura laah. Ada saatnya itu kamu rasakan, bukan sekarang
tapi nanti. Dan bahkan kamu bisa lebih dari keinginan kamu sekarang kalau kamu
bisa mencapai tujuan kamu untuk menjadi Sukses, dan Yakin bahwa kamu BISA.
Contoh
itu soekarno, soeharto mereka hanya anak petani tapi bisa jadi orang nomor satu.
Jaman dulu belum ada internet, hp. Berarti kita bisa seperti mereka walaupun
kita hanya anak petani
Let Me Love You
Diakhir
cerita ini, aku mau nyisipkan sedikit cerita tentang dia. Aku tidak mudah dapat
cinta dan tidak mudah jatuh cinta. Tentang dia yang selalu aku inginkan dan aku
ingat tanpa pernah aku mengungkapkan isi hatiku ini. Aku kangen kamu R. Ini aku
R. kangen ngelihat kamu pagi-pagi dari kelas atas sebelum bell sekolah tanda
masuk. Izinkan aku untuk kita saling mengenal dan membuat sebuah kenangan yang
mungkin bisa membuat aku lega bisa memilikimu. Tolong buka hati dan mata kamu
untuk aku. Walau hanya sehari atau bahkan satu jam. Mungkin udah banyak cerita
tentang kamu di pikiranku.
0 komentar:
Posting Komentar