Banyak yang bilang pendidikan adalah hal yang paling menjanjikan. Pendidikan itu menghasilkan ilmu yang mahal dan sangat berharga, karena ilmu adalah investasi yang paling lama. Butuh waktu lama untuk mendapatkan ilmu, tidak ada orang yang punya rencana hidup datar, pasti selalu ingin maju. Dan maju itu menggunakan ilmu.
Kata orang kuliah itu barang mewah, karena ga semua orang bisa kuliah. Berarti aku orang yang beruntung, bisa kuliah belajar lebih banyak dan aku harus menghargai ini. Menghargai biaya yang telah keluar, tenaga yang telah terkuras demi masa depanku.
Ada juga yang kuliah harus punya perencanaan, maksud aku disini perancanaan bagaimana dia bisa membayar di semester selanjutnya. Sedangkan aku, aku hanya ditugaskan untuk datang duduk tangkap ilmu nya belajar denganbaik tanpa harus berpikir biaya. Aku bangga sama orangtua-ku, mereka masih mampu memenuhi permintaanku meski mereka harus menahan keinginan mereka yang demi sekolahku. Aku akan berusaha untuk bapak yang sudah mengorbankan semuanya, untuk mama yang tidak belum sempat mengantarkan aku pergi ke sekolah dan mendengarkan ceritaku, untuk kakak dan abangku yang selalu menjadi motivasiku untuk lebih dari kalian.
Kuliah itu Tanggung Jawab
Dulu aku ga perah terlalu menyesal jika nilai yang aku dapat jelek, itu mungkin karena pikiran dan batinku belum terbuka untuk lebih sadar akan uang yang dikeluarkan. Minta uang semauku, kalau tidak diberi akan marah akan menganggap bapak yang paling pelit, paling tak mengerti aku. Apa yang aku minta harus diberi, dan hanya bapak yang bis amemberikan itu semua padaku.
Namun setelah kuliah aku sadar kalau semua itu buruk dan tidak baik untuk dilakukan. Aku sadar akan mahalnya kuliah, aku sadar akan banyaknya orang diluar sana yang tak seberuntung aku. Banyak orang yang ingin dan bersusah payah ingin menginjakkan kaki dibangku kuliahan.
Sekarang bapak udah tidak kerja, uang bapak pas-pas-an untuk makan kita per bulannya. Kamu kalau mau kuliah harus yang benar, jangan ada lagi main-main seperti di sekolahan, biaya kuliah dan hidup sekarang bukan barang murah, darimana lagi kita dapat uang. Itu pernyataan yang selalu aku ingat kalau aku lagi down, putus asa, kecewa dengan hasilku. Aku ga tau kenapa ga pernah bisa kasih yang bapak minta, aku hanya ingin buat bapak bahagia.
Hanya bisa diam dan menangis. Aku menangis bukan karena tidak bisa minta semauku apa yang aku inginkan lagi. Aku merasa anak yang paling bodoh, kenapa bisa lahir anak sebodoh ini kedunia tuhan, pikirku setiap kali aku teringat bapak.
Aku selalu ingin menjadi seperti kakak dan kedua abangku, bisa jadi matahari buat bapak, bisa jadi kebanggaan dan motivasi untuk bapak. Aku ingin uang yang keluar setiap 6 bulan sekali yang menurutku sangat banya itu bisa sangat-sangat membanggakan, berusaha sekeras mungkin tapi kenapa masih aja ada yang C.
Kadang aku marah sama tuhan, kenapa tuhan ? apa yang salah padaku ? aku sudah berdoa dan belajar semampuku dan segiatnya. Kenapa kenapa hasilku selalu mengecewakan? Beri aku kesempatan , dikuliah ini saja. Agar aku bisa menjadi yang terbaik bagi ayahku, agar aku juga bisa menjadi matahari untuk ayahku.
Bapak ga pernah minta yang aneh-aneh tuhan, bapak cuman mau penegeluarannya yang banyak bisa menghasilkan. Bapak cuman mau itu, dan hanya itu yang aku ingin aku wujudkan untuk sekarang ini. Dan inilah motivasiku untuk giat dan benar-benar menuntut ilmu, tanpa kesadaran ini mungkin aku hanya bisa membuat kecewa keluargaku saja.
Aku ingat saat pertama IP ku keluar, rasanya aku takut untuk memberi tahu bapak. Aku tahu bapak pasti kecewa, dan bapakku bukan tipe orang yang memberiku semangat. Dia malah dia bilang buat apa kamu kuliah kalau cuman mau dapat C. sakit rasanya Tuhan, memang wajar dia berkata seperti itu pada aku. Wajar itu keluar, mengingat masa sekolahku yang tak pernah serius dan begitu santai. Tapi diakhir pembicaraan bapak tetap bilang belajar lebih baik dan benar, jangan main-main lagi bukan waktunya lagi buat itu semua dengan nada datar dan kecewanya. Aku tahu itu, agar aku bisa menjadi yang terbaik
Kuliah itu tidak segampang seperti kedengarannya atau seperti yang di film-film. Datang kapan saja, pakaian bebas, duduk dimana saja, ngobrol ga jelas sama teman saat dosen menjelaskan tanpa ada teguran karena ini kampus. Bagiku kuliah itu tanggung jawab kepada diri sendiri, terutama keluarga. Tanggung jawabku yang ingin menjadi matahari yang paling terang dan hangat tetapi untuk keluargaku tercinta mempertemukan aku dengan sebuah senyum tipis yang sangat membahagiakan.
Matahari bukan Bulan yang AKU maksud
Andai saja aku lulus dari SNMPTN, mungkin ga akan seribet ini pengeluaran untuk kuliahku. Ga akan menjadi beban yang berat di puncak keluargaku. Andai saja dulu waktu SMA kesedaran itu lebih cepat datang, mungkin aku bisa menjadi bulan yang dapat cahaya dari matahari. Walau hanya dapat penerangan dari matahari, setidaknya aku punya cahaya buat bapakku.
Jaman sekolah aku ga pernah di sibukkan dengan berbagai kegiatan rumah seperti masak, nyuci, nyurus adik atau apalah semacamnya yang sangat-sangat merepotkan. Oleh keluargaku, kau hanya ditugaskna belajar dengan baik . bangun tidur , mandi, sarapan, pergi sekolah , belajar dengan baik dan benar tanpa harus memikirkan hal yang aku sebutkan sebelumnya tadi. Begitu santai hidupku, begitu istimewanya diriku.
Pernah bapak bercerita, dulu sepulang sekolah dia langsung mengerjakan PR yang diberi guru. Setelah itu bapak ke sawah mencangkul membantu kakek membajak, maklum jaman dulu belum ada mesin hanya memakai kerbau peliharaan. Walaupun kami bukan dari keturunan kaya seperti harta tidak habis ampe 7 turunan, mungkin itu ada di keluargaku tapi sayang kami yang ke-10, makanya ga dapat harta. Hahaa.. Bapak menjadi murid yang disayangi gurunya, yang sering diajak pulang bareng naik sepeda. Bapakku asli dari Sumatra utara, meranutau ke Riau tapi sebelumnya di Sumatra Barat.
Kembali ke topik. Sejak 3SMP-SMA aku mengikuti berbagai kegiatan bimbingan belajar, ada sedikit peningkatan walau tak banyak setidaknya pengeluaran itu tidak merugikan bagi bapak. SD-SMP aku dimasukkan ke sekolah swasta KATOLIK yang terkenal ketat dan banyak tugas. Sampai suatu hari waktu aku di SD, aku sangat nakal dan sangat aneh. Ini mungkin karena kurang kasih sayang dari seorang ibu. Ibu ku sudah lama meninggal karena penyakit kanker yang dideritanya. Sedangkan bapakku pindah tugas ke Tanjung Pinang dan hanya pulang sebulan sekali. Setelah lulus SD aku dan seorang temanku sudah merencanakan untuk masuk ke salah satu SMP negri favorit. Namun itu tak terwujud padaku. Kenapa harus dimasukkan ke swasta ? kemampuan dan nilaiku cukup ke SMP Negeri. Alasan yang begitu padat, biar kamu itu kerjanya ga main terus. Aku ga bisa membantah and menyesal, aku tahu itu pasti yang terbaik dari keluargaku. Di sekolah aku itu ada pengelompokan kelas aku masuk unggul 2.
Setelah tamat SMP barulah aku dimasukkan ke SMA, itu karena biaya swasta untuk SMA nya sangat mahal, sedangkan bapak sudah pensiun. Lulus dengan rata-rata yang baik dan itu hasil ujian tanpa nyontek loooh. Sekolahku yang memegang nilai rata-rata tertinggi tahun itu disana. hhee
Masuk SMA favorit, yang sama sekali ga punya teman dari SMP yang sama, ada sih cuman ga kenal Rata-rata teman aku cina, dan mereka melanjutkan SMA ke swasta itu lagi. Seperti anak ayam yang baru netas, lambang osis baru, teman yang benar-benar semuanya baru, benar-benar dunia baru kan , benar-benar seperti ayam yang baru menetas bukan?
Awal SMA yang bagus siih, di kasih laptop buat ngerjain tugas dan motor baru buat pergi kesolah. Malah disini hidupku mulai kacau, menganggap semuanya gampang dan keinginan mulai menggila. Disini semua yang aku mau harus diberi, harus didengar jangan ada yang menyuruh aku ini dan itu. Tapi bukan maksudnya aku tidak mau membantu, maksudnya jangan menyuruhku jika aku punya janji dengan teman. SADIS…
Sekacau apapun cara bergaul aku ini, aku ga berani kabur dari rumah, Terkadang aku berpikir darimana makan, tempat tinggal kalau sampai kabur atau ninggalin rumah. Nakal aku masih nakal penakutlah, itu nama yang aku beri pada diriku. Lagian alasan buat kabur juga tidak ada, rumahku itu damai ga ada yang buat aku ga nyaman. Apalagi yang namanya Mirasantika (minuman keras dan narkotika) jangan coba-coba .
Kelanjutan setelah ini
Ujian Nasional SMA sudah didepan mata, tidak terasa karena aku begitu menikmati umur, masa dan perjalanan ini mungkin. Perjuangan kita lalui bersama sampai akhirnya selesai masa indah ini. Masih ku ingat 25 july aku harus berangkat ke Medan untuk bimbingan belajar menuju SNMPTN, kenapa masih ingat jelas itu karena 2 hari setalah itu pengumuman kelulusan tapi aku ga bisa ikut coret-coret dan lagi-lagi rencana buat pesta kelulusan sudah sangat aku inginkan. Sedikit sedih ,tapi ga menyesal karena aku pergi untuk ilmu. Kabar buruknya 1 yang tidak lulus karena sakit waktu ujian dilangsungkan.
Disini barulah kesadaran dan perjuangan untuk bertanggung jawab mulai ada. Berusaha segigih mungkin untuk mendapatkan 1 buah bangku di universitas negeri. Belajar dari pagi sampai malam menjemput, belajar dari senin sampai minggu.
Tak lama dari selesainya ujian SNMPTN aku berangkat ke JKT, seolah sudah ada firasat aku tak akan dapat bangku dari persaingan 1 Indonesia ini. Menentukan salah satu universitas swasta yang akan menjadi tempat studi aku, jika aku tidak lulus negri. Awalnya aku memilih Jogja untuk studi selanjutnya, namun kata bapak lebih bagus di Jakarta kalau ada sesuatu kamu ada yang lihat berhubung kami tidak ada satupun sanak saudara di jogja. Aku ikuti lagi apa yang bapak katakan.
Salah satu universitas swasta di Depok-lah yang menjadi studi-ku selanjutnya. Aku memilih kampus ini karena mempunyai prestasi dan biayanya aku pikir masih disanggupin sama bapak. Sempat memilih kampus yang lain dan ada tawaran sedikit dana daro oom-ku, namun karena mengingat keadaan keuangan aku lebih memutuskan untuk tidak ambil yang bayarannya tinggi an tidak menyusahkan orang lain. Selain itu juga, aku berpikir bukan dari harga bayaran kualitas suatu universitas, namun bagaimana kerja sama antara pengajar dan pelajar yang ada didalamnya dalam membagi dan mendapatkan ilmu.
Pengumuman ujian untuk negeri sudah keluar, harapan untuk lulus hilang setelah aku melihat pengumumannnya. Tak ada gunanya aku menangis, tidak akan merubah keadaan menjadi lebih baik. Namun kecewa pada diri, malu pada keluarga tetap ada. Dengan harapan di universitas swasta nanti nilai akan sesuai dengan keinginan keluarga. Namun tekad untuk masuk negeri dengan 2 kali kesempatan lagi aku ku gunakan , yang namanya hoki itu rencana tuhan.
Perjuangan itu baru saja dimulai. Tidak ada kata esok lagi untuk menjadi yang lebih baik, tak ada waktu luang untuk bermain dan menghabiskan uang untuk hal yang tidak penting. Semua harus focus untuk satu tujuan yaitu kuliah. Bagiku ini babak yang baru dimulai, disini aku harus hidup sendiri. Dunia baru, status baru, teman baru, dan benar-benar menyesuaikan diri dari nol. Sebagai anak yang sudah tumbuh besar dan harus malu jika tidak maju atau bermanja-manja.
Uang makan pas-pas-an. Walau waktu itu bapak pernah bilang iya untuk nominal uang jajan yang aku tawarkan. Namun tidak jadi, sejalan dengan gagalnya aku masuk negeri. Mau protes, tidak berani. Memang apa yang telah aku perbuat? yang ada aku malah hanya menguras uang bapak dengan biaya kuliah yang besar ini. Tapi aku yakin, kalau suatu hari aku minta uang jajan lebih pasti dikasih . Bapakku itu baik, tapi uangnya jangan dipakai untuk hal yang tidak berguna.
Aku mengambil jurusan sistem informasi , dari SMP aku memang tertarik untuk dunia computer. Ternyata susah sekali untuk mengikuti proses yang benar-benar diluar dugaanku. Menurut aku, lebih susah dibanding harus menyelesaikan soal kimia yang masih tingkat sederhana sedangkan tingkat sederhana dalam computer menurutku sangat-sangat susah pusing tujuh keliling bahkan 100 keliling (keliling GBK). Sebenarnya aku yang salah pengertian tentang jurusan ini. Rasanya ingin keluar, ingin teriak AKUUUUUUUU TIDAAAAAAAAAKKKK SANGGUP, ingin cari jurusan baru yang kiranya sanggup otak ini menerima dan mengolahnya. Tetap focus pada jurusan mungkin karena memang aku kurang berusaha untuk mempelajari computer lebih dalam dan memang ini pelajarannya. Karena ini sudah keputusanku bukan dari pihak luar.
Aku tergolong orang yang tidak berani memulai percakapan ke orang yang baru saja dikenal. Di kelas butuh waktu kurang lebih beberapa bulan aku dapat teman dan mulai berani bicara sama mereka. Lucu dengan sikap seperti ini, dan hal seperti ini seperti tidak bisa hilang di diriku. Seperti karateristik sendiri yang begitu adanya.
Semester satu lewat. Nilai tidak memuaskan. Kecewa lagi, down lagi,malu lagi, dan kali ini air mata memang jadi kekuatan terakhir karena tidak ada orang yang menemaniku dan mengetahuinya. Aku jatuh lalu bangkit karena demi keluargaku dan keadaan sekitar. Semester dua aku harus menaikkan nilai ini. Aku mulai berani terbuka, mengajak teman untuk mengajariku walau harus dengan cara paksaan dan mungkin mereka sedikit terpaksa juga. Maap, ini demi orangtua dan keluargaku.
Tidak diduga juga, anak kelas aku itu semuanya baik dan saling berbagi. Namun ada satu orang temanku cowo yang pintar pandai lagi untuk berbagi mengajarkan ilmunya tentang program computer. Bingung mau nyebutin namanya atau tidak. Dia baik sama semua orang, dia asyik diajak belajar ataupun bermain. Selama semester dua, dialah tutor-ku. Yang mengajarkan aku bukan hanya deprogram, namun di semua pelajaran jika aku menemukan kesulitan. Ujian semester dua selesai, nilai keluar dan nilaiku benar-benar naik. Makasih buat temanku semua terutama yang sudah secara sabar mengajarkanku.
Namun semester dua hampir selesai. Aku dapat kabar tidak tahu buruk atau baik, berkah atau … . Tentang keluargaku, yang sampai sekarang aku belum bisa berkata pada banyak orang bahkan membahasnya didepan kakak atau kedua abangku-pun aku berat sekali dan bahkan didepan orang yang biasa berbagi rahasia padaku. Tidak tahu dan Tidak mau membahas. Aku tetap melanjutkan studiku, seolah tidak ada yang terjadi walau kadang terpirkan.
Malaikatku tak Bersayap
Aku juga punya dialah Bapakku. Iyaa dia malaikatku. Yang memberikan apa yang aku minta, walau itu tidak selalu diwujutkan. Dia yang mengetahui isi hatiku tanpa aku harus berbicara. Kenapa aku berkata seperti ini? Bapakku tidak menikah lagi dan bahkan tidak pernah menanyakan atau membahas hal yang berbau menikah. Bapak tahu, aku pasti bakalan sedih kalau dia bertanya hal ini kepadaku. Dia sangat-sangat bisa menjaga perasaanku. Sebenarnya sungguh besar pengorbanannya. Dia BAPAK paling hebat.
Disaat tetangga lain menikah lagi saat ditinggalkan istrnya, tapi bapakku tidak. Walau terkadang aku kasihan melihatnya, yang seharusnya diurus oleh seorang wanita, namun dia mengurus dirinya sendiri. Walau sering tetanggaku berkata “bapak kamu ga nikah lagi? Kamu tidak kasihan sama bapak kamu tidak ada yang urusin? Dengan nada yang paling rendah dan dengan rasa hormat dengan umurku sekitar 12-an aku menjawab “aku, kakak, dan kedua abangku yang akan menjaga bapak sampai kapanpun dan apapun yang terjadi, karena bapak punya mamak , aku, kakak, dan abangku”. Itu jawaban untuk setiap pertanyaan yang sama dari siapapun untukku.
Bapak tidak pernah yang namanya membatasi teman permainanku. Dia tidak pernah marah kalau teman aku semuanya cowo. Karena mungkin bapak percaya sama aku, kalau aku bisa menjaga diri. Dan kepercayaan itu aku jaga sebaik-baiknya karena kepercayaan untuk hal seperti ini sangat berharga.
Kelebihan yang lain, bapak bakalan kasih apapun yang aku mau kalau aku dapat nilai bagus. Berapapun harganya pasti bapak kasih, tapi dengan syarat nilaiku harus bagus. Bapak selalu bisa mewujudkan apa yang aku mau. Tapi aku tidak bisa mewujudkan apa yang bapak mau. Kelebihan lain, bapakku itu tidak pernah telepon aku sesering kayak anak perempuan lain. Bahkan kalau aku bilang aku sakit, bapak jawabnya yaudah beli obat di warung. Semenjak saat itu dia bilang seperti itu, apapun sakitku tak pernah aku bilang bapak, karena percuma.
Tidak tahu kenapa setiap ada yang berhubungan dengan laki-laki, tua, aku selalu merasa kangen sama bapak. Setiap membaca apapun yang orang tulis tentang seorang ayah, bisa meluluhkan hatiku, membuat aku sesak dan bahkan menangis . Tidak punya alasan yang pas kenapa aku bisa seperti itu.
Yang Menjagaku
Selama ini aku tinggal dengan kakak dan bapakku, sedangkan kedua abangku kuliah sampai kerjanya jauh dari kami. Ada yang di Medan, ada juga yang di Surabaya. Wanita lulusan salah satu universitas negeri dengan jurusan Kimia ini segera menamatkan kuliahnya karena dia menjagaku. Kakakku menjagaku sejak mama meninggal 1997, dia meninggalkan masa-masanya hanya demi menjaga, mendidikku yang pernah tahu diri ini. Kami sering bertengkar bahkan mungkin kami saling pukul-pukulan. Ini semua tetap karena aku. Tapi dibalik itu semua aku sayang kakakku, wakau dulu aku meras dia orang paling jahat yang pernah aku temui. Tapi itu semua salah besar.
Dia selalu ada buat aku yang malas, bodoh, buat aku yang selalu dibutakan akan uang, dan buat aku yang nakal tidak pernah berguna ini. Dia yang mengajarkan aku semua, untuk hidup hemat selalu bersyukur dan berdoa, berpikir sebelum melakuakan sesuatu hal. Dulu aku tidak pernah mendengarkannya. Ini Pasti bukan mungkin lagi, dulu kakak pasti sering sedih karena aku. Tapi dasar dia yang terlalu baik yang tidak pernah mengeluh, sakit hati akan tingkahku dan tidak pernah berkata menyesal langsung dihadapanku.
Semua ini aku sadari setelah aku hidup sendiri dan harus mengontrol keuangan sendiri. Karenanya aku tahu bagaimana untuk membeli barang yang bermanfaat selamanya atau tidak, karena kakak pernah bilang “kamu jangan semuanya dibeli, ada yang lagi trand dibeli nanti kalau udah tidak trend tidak dipakai dan ngangur dirumah ini. Lebih baik uangnya kamu tabung!!”.
Dia yang selalu bangun pagi hanya untuk membuatkanku sarapan, dia yang selalu mencucikan bajuku tanpa ada pengecualian, yang selalu membantuku mengerjakan pekerjaan rumah, yang selalu memukulku jika nakal dan lupa sholat, yang selalu berteriak memanggilku jika aku belum mandi sore, yang sering cium pipiku tiba-tiba padahal aku paling tidak suka dicium sama siapapun ,dan kakak care sama teman-teman yang datang kerumah aku untuk main. Aku kangen kakak dengan semua itu. Kakakku benar-benar beda dari kalian semua orang diluar sana yang punya kakak, lagi-lagi ini kesadaran yang baru.
Seandainya aku bisa sihir yang bisa melakukan atau mewujudkan semuanya, serta bisa membaca apa yang dia inginkan aku pasti akan berikan hari itu juga. Mengingat pengorbanannya selama ini. Dan kakak jugalah yang membuatku semangat kuliah, agar aku sukses dan bisa bahagiakan kakakku. Karena waktunya untuk tersenyum melihatku bukan menangis lagi karena tingkahku. Sekarang aku hanya berusaha untuk tidak megulangi kenakalan ku dahulu kepada kakak dan lainnya.
Andai aku punya keberanian untuk ngomong sekarang yang hanya sebatas mengucapkan terimakasih banyak, sayang aku baru berani minta maap dari penyesalanku dalam hatiku bersama air mata kerinduan akan pukulan yang memberi bekas biru kehitaman, dan cerewet yang membuat sakit telingaku namun sangat bermanfaat untuk hidupku.
Keras namun Lembut
Mereka adalah kedua abangku. Kelahiran ’79 dan ’84. Mereka juga lulus di universitas negeri, bukan lewat mahasiswa undangan atau mandiri. Tapi lewat UMPTN (kalau tidak salah dulu namanya), suatu kebanggaan tersendiri jika lulus lewat UMPTN dibangding lewat jalur yang lain. Menurut ku dan tidak tahu kalian setuju atau tidak, orang-orang yang lulus dari UMPTN ini lah orang-orang hebat. Mereka merebutkan paling banyak 40 bangku dengan pesaing ratusan ribu atau jutaan orang. (40 bangku nol’y cuman satu, sedangkan pesaingnya nol-nya ada 5 atau bahkan mungkin 6).
Kedua abangku ini jurusannya kimia, yaa disimpulkan mereka bertiga negeri dan satu jurusan. Aku sendiri niih yang beda. Abang dan kakak juga termasuk juara dikelasnya jaman sekolah, terutama yang abang tepat diatasku. Ini orang pintar bgt. Sekolah juara kelas, test masuk kuliah langsung lulus, dikampus asisten dosen dan perhatian khusus dari dosen kampus, IP selalu diatas 3.80 , lanjut S2 beasiswa, tamat kuliah, daftar CPNS langsung lulus. Dia juga ga pernah yang namanya ngambil SP biar cepat lulus, bagi dia kuliah itu harus dinikmati bukan diambil pusing. Tapi bagiku kuliah itu sangat memusingkan. Bukan karena tugasnya, tapi karena aku tidak cepat mengerti dengan program
Kenapa yaa aku sepintar dia? Padahal kami satu bapak dan mama, padahal sama-sama makan yang sama, dan dia tidak pernah yang namanya ikut bimbingan belajar kecuali bahasa inggris.
Kenapa jauh banget? 270 derajat bedanya, kan ketahuan bgt begonya aku.
Kenapa aku banyak permintaan, sedangkan mereka tidak?
Kenapa kesadaran itu datangnya terlambat, seandainya cepat sadarnya aku mungkin bisa menyusun dengan rapi mimpi untuk rencana hidu diatas sebuah kertas. Karena aku adalah menejer yang bisa merancang mimpi dan impianku sendiri.
Hidup itu mengejar Mimpi
Ada pepatah bilang hidup itu berawal dari mimpi. Bukan mimpi disaat kita tertidur pulas, tapi lebih ke mimpi yang kita rancang secara sadar untuk di masa yang akan datang walau terkadang itu berlebihan atau bahkan tak mungkin terjadi. Walau semua jalan hidup sudah disusun rapi dengan FONT, FONT SIZE, BOLD, ALIGN text left and right oleh Tuhan. Tapi MIMPI tetap bukan dosa. Sampai sekarang aku belum bisa mewujudkan satupun mimpiku. Kalau ditanya cita-citaku, aku sendiri bingung mau jadi apa. Mimpi jadi dokter aku tidak pernah, mimpi jadi penyanyi tidak pernah, mimpi jadi guru juga tidak pernah. TAPI mimpi jadi orang kaya, sukses, dan bahagia PASTI.
Setelah aku menyadari keterbatasanku benar-benar parah, aku sempat berpikir apa jadinya aku nanti? Apa bisa aku keluar masuk gedung tinggi, dengan pakaian kemeja , rok diatas lutut, parfume yang elegant serta highhills yang menemani langkahku sebagai pegawai yang paling di senangi mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu dengan gaji yang besar dengan pengetahuan ilmu yang sangat buruk. Gambaran ini tidak bluuur atau bahkan hilang dari mimpi ini, mungkin akan makin jelas dan menghantuiku sampai itu benar-benar aku genggam.
Dan sekarang jika aku ditanyakan apa mimpi atau cita-citamu ? dengan keterbatasanku aku hanya ingin bahagia karena denga bahagia semua mungkin ada dari uang, senyum, kerja keras, kritik, dan pasti MATAHARI buat Bapak yang sayang aku, Mama yang tak sempat mengantarku sekolah, Kakak dan kedua Abangku yang hidup dihatiku.
Bersinar seperti matahari, tumbuh dan tumbuh mencakar langit seperti pohon yang juga bisa jadi tempat berteduh.
0 komentar:
Posting Komentar